revolusi pribadi

Revolusi. Sebuah kalimat sakral kadang mengiang begitu saja ketika suasana hati terbentur konflik pribadi yang tak terjawab. Dari sisi manapun ditilik ia tak pernah menemukan solusi, pencapaian yang beku pada pikiran logika ataupun secara spritualis. Maka kalimat revolusi begitu menghentak : rubah total keadaan sekarang. Revolusi pribadi, revolusi rumah tangga, revolusi lingkungan sekitar ataupun lebih luas kita revolusi saja keadaan negara ini . Mengerikan sekali ide ini, mungkin. Mungkin ini pendekatan karakter seseorang yeng menuju kegilaan, atau sebuah ide cemerlang bagi yang mau memahami bahwa pribadi kita masing-masing membutuhkan perubahan karakter, lingkungan kita membutuhkan perubahan yang mendasar ataupun negara kita perlu melakukan perubahan yang mendasar pada sistem kenegaraan. Jadi, bagi saya pribadi saya membutuhkan sebuah revolusi mendasar bagi hidup saya. Background peristiwa pada waktu luang dihari kemarin saya buka satu persatu. Semua penuh konflik.Ketika pada satu kesempatan saya menyatakan diri saya MERDEKA, ternyata saya salah. Saya tidak mempersiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan untuk sebuah kemerdekaan ; planing, juknis, juklak, pemetaan lapangan, imbas balik program, debet kredit,modal beli, nilai jual, kegunaan barang,hubungan sosial,hukum-hukum protektif…. Dansebagainya, ternyata saya telah gagal. Inilah maksudnya bahwa kegagalan itu bukannya harus diperbaiki,tambal sini tambal sana lalu menjadi tambal sulam, o-o itu bukan pemandangan yang indah. Bukan ditambal, bukan disulam karena yang merdeka itu bukan gembel tapi sosok yang sepatutnya merdeka.